12:07 AM -
Ilmu Pengetahuan Umum
No comments


Belajar Menguasai Ejaan yang Disempurnakan
Belajar
menguasai Ejaan yang Disempurnakan
A.
Penulisan Huruf
1. Penulisan Huruf kapital atau huruf besar
A.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan
barang produksi dalam negeri.
Siapa yang datang
tadi malam?
Ayo, angkat
tanganmu tinggi-tinggi!
B.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya,
”Kapan kita ke Taman Safari?”
Bapak
menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
C.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang
Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan
menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu,
ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
D.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi
Ibrahim, Raden Wijaya.
E.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur
Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru
dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.
F.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan
ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu
diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya
huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf
pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang
salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang
….
…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini
bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
…. memakai bahasa
Spanyol sebagai ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
menjawakan bahasa Indonesia
H.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
hari Jumat
hari Natal
perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai
sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir membawa
risiko pecahnya perang dunia.
I.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah
|
Benar
|
teluk Jakarta
|
Teluk Jakarta
|
gunung Semeru
|
Gunung Semeru
|
danau Toba
|
Danau Toba
|
selat Sunda
|
Selat Sunda
|
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri.
Misalnya:
Jangan membuang sampah ke sungai.
Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
soto madura
J.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional RI
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
Dia menjadi
pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.
K.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan/ lembaga.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
L.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa
dan Sastra.
Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak,
Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
Surat Saudara
sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam
penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan
adik saya sudah berkeluarga.
N.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. : doktor
M.M. : magister manajemen
Jend.
: jendral
Sdr.
: saudara
O. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apakah kegemaran Anda?
Usulan Anda telah kami terima.
2. Penulisan Huruf Miring
A.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan.
Misalnya:
majalah Prisma
tabloid Nova
Surat kabar Kompas
B.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata Allah ialah a
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
C.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali
yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
Politik devide
et impera pernah merajalela di benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
berikut.
Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
B. Penulisan Kata
1. Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa
kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan
gabungan kata dasar)
2. Kata Turunan
A.
Imbuhan (awalan,
sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
berbagai
ketetapan
sentuhan
gemetar
mempertanyakan
terhapus
B.
Jika bentuk dasar
berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri
tahukan
bertanda tangan,
tanda tangani
berlipat ganda, lipat
gandakan
C.
Jika bentuk dasar
yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan
D. Jika salah satu unsur gabungan hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati
mancanegara.
E. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda
hubung.
Misalnya:
non-Indonesia.
3. Bentuk Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti
tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang
berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
4. Gabungan Kata
A. Gabungan kata yang lazim disebutkan
kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api
cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata
kuliah.
B. Gabungan kata, termasuk istilah khusus,
yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual),
anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak
(orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat
penguasa)
C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua
kata.
Misalnya:
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra,
daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari,
olahraga, radioaktif, saputangan.
D.
Jika salah satu
unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia,
caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya,
telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata
yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai
bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah kuambil
jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di
rumah teman.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan.
Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely lebih
baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.
7. Kata Sandang si
dan sang
Kata si dan
sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah
|
Benar
|
Sikecil
|
si kecil
|
Sipemalu
|
si pemalu
|
Sangdiktator
|
sang diktator
|
Sangkancil
|
sang kancil
|
8. Partikel -lah, -kah, pun, per
A.
Partikel –lah dan
–kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
B.
Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut
serta.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis
serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
C.
Partikel per yang
berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului
atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
D. Singkatan dan Akronim.
Akronim
dan Singkatan hanya sebaiknya digunakan sebagai judul jika hal tersebut jauh
lebih terkenal daripada kepanjangannya (misalnya AIDS vs. Acquired Immune
Deficiency Syndrome, radar vs. Radio Detection and Ranging).
Seringkali suatu
singkatan yang terkenal kepanjangannya menggunakan bahasa asing sehingga
penutur bahasa Indonesia yang terbiasa menggunakan akronim/singkatan yang telah
diserap dalam bahasa Indonesia tersebut lebih terbiasa dengan singkatannya. Hal
ini juga patut dicermati. Contoh adalah ASEAN vs. Association of South East
Asian Nation atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Untuk beberapa judul
artikel pembaca dalam bahasa Indonesia mungkin akrab dengan lebih dari satu
varian nama, misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB, United Nations,
UN, yang semuanya menunjuk ke entitas yang sama.
Sebisa mungkin jika
kepanjangan suatu akronim dijadikan judul artikel maka perlu dicarikan padanannya
dalam bahasa Indonesia. Jika ada, maka sebaiknya padanan tersebutlah yang
dijadikan judul artikel tersebut, misalnya UNESCO vs. Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Akronim
atau singkatan yang terdiri dari dua atau tiga huruf tidak sebaiknya dijadikan
judul, kecuali untuk kasus-kasus istimewa, karena akronim dan singkatan yang
terdiri dari dua atau tiga huruf dapat memiliki kepanjangan lebih dari satu dalam
bahasa-bahasa yang berbeda.
C. Pemakaian Tanda baca
1.
Tanda titik (.)
A.
Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Aceh.
Anak kecil itu menangis.
Mereka sedang minum kopi.
Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
B.
Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A.
Direktorat Jendral
PMD
B.
Direktorat Jendral
Agraria
1.
Subdit ….
2.
Subdit ….
I.
Isi
Karangan
1. Isi Karangan
A.
Uraian
Umum 1.1
Uraian Umum
B.
Ilustrasi
1.2
Ilustrasi
1.
Gambar
1.2.1 Gambar
2.
Tabel
1.2.2 Tabel
3.
Grafik
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang
angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam
deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C.
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan
jangka waktu.
Misalnya:
pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
D.
Tanda titik tidak
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
E.
Tanda titik
dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a
Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F.
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
G.
Tanda titik tidak
dipakai pada akhir judul,
misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
Gambar 1: Bentuk
Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
H.
Tanda titik tidak
dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan
Negeri (tanpa titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
2.
Tanda koma (,)
A.
Tanda koma dipaki
di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
B.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
C.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Anak Kalimat
|
Induk Kalimat
|
Kalau hujan tidak reda
|
saya tidak akan pergi
|
Karena sakit,
|
kakek tidak bisa hadir
|
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya:
Induk Kalimat
|
Anak Kalimat
|
Saya tidak akan pergi
|
kalau hujan tidak reda.
|
Kakek tidak bisa hadir
|
karena sakit.
|
D.
Tanda koma harus
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
E.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang
lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bagus, ya?
Aduh, sakitnya bukan main.
F.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama
dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi
VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G.
Tanda koma dipakai
di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan
Mulia, 2001), hlm. 27.
H.
Tanda koma dipakai
di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
A. Yasser Samad, S.S.
Zukri Karyadi, M.A.
I.
Tanda koma dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik
komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas
yang tidak diapit oleh tanda koma.
Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.
J.
Tanda koma dipakai
untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
K.
Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
Misalnya:
”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.
3.
Tanda Titik Koma (;)
A.
Tanda titik koma
untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum
juga terjual.
B.
Tanda titik koma
dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik
makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran
langsung pertandingan sepak bola.
C.
Tanda titik koma
dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup
dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi
tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian
besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah
umur 21 tahun.
4.
Tanda Petik (“ ”) dan tanda petik tunggal (‘
’)
Masih bingung dalam menggunakan tanda petik
("...") maupun tanda petik tunggal (`...`). Penjelasan di bawah ini
semoga menjawab kebingungan Anda selama ini.
A. Tanda
petik ("...")
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya:
"Saya
belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
Bacalah
"Bola Lampu" dalam buku "Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat".
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA"
diterbitkan dalam Tempo.
Sajak
"Berdiri Aku" terdapat pada halaman lima buku itu.
3.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang memunyai arti khusus. Misalnya:
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan "cutbray".
4.
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung. Misalnya:
Kata
Tono, "Saya juga minta satu."
5.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan
di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan
arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang
Komar sering disebut "pahlawan", ia sendiri tidak tahu sebabnya.
B. Tanda
Petik Tunggal (`...`)
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam
petikan lain. Misalnya:
Tanya
Basri, "Kau dengar bunyi `kring-kring` tadi?" "Waktu kubuka
pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, `Ibu, Bapak pulang`, dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Bapak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata ungkapan asing. Misalnya:
feed-back
`balikan`
0 comments:
Post a Comment