2:56 AM -
Ilmu Pengetahuan Umum
No comments


Reaksi oksidasi dan Reduksi ( Redoks )
Reaksi
oksidasi reduksi atau sering disebut reaksi redoks merupakan bagian yang
penting dalam ilmu kimia untuk dipahami dan dimengerti. Reaksi redoks merupakan
perubahan kimia yang berhubungan dengan pengaruh arus listrik
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak perubahan kimia yang termasuk reaksi redoks,
seperti proses perkaratan, pembakaran, pernafasan, metabolisme dan
fotosintesis. Beberapa industri juga sering melibatkan reaksi redoks, misalnya
pengolahan logam dari bijihnya, pelapisan logam (elektroplating).
PERKEMBANGAN
REAKSI REDOKS.
1. Reaksi
redoks sebagai peristiwa pengikatan dan pelepasan oksigen.
Reaksi antara unsur
atau senyawa dengan oksigen disebut reaksi oksidasi. Atau dengan kata lain, reaksi
oksidasi adalah reaksi penambahan/pengikatan oksigen oleh suatu unsur
atau senyawa.
Contoh : 2 Fe(s) + O2(g)
–> 2 FeO(s)
4 Na(s) + O2(g)
–> 2 Na2O(s)
CH4(g) +
2 O2(g) –> CO2(g) + 2 H2O(l)
Dari ketiga contoh
diatas logam besi, logam natrium dan gas metana mengalami oksidasi, sedang gas
oksigen bertindak sebagai pengoksidasi atau oksidator.
Sekarang marilah
kita perhatikan suatu contoh reaksi oksidasi yang berlangsung pada tubuh kita.
Misalnya metabolisme karbohidrat yang membutuhkan gas oksigen dan menghasilkan
gas karbon dioksida serta uap air. Secara sederhana reaksi metabolisme
karbohidrat dapat ditulis sebagai:
C6H12O6(s)
+ 6 O2(g) –> 6 CO2(g) + 6 H2O(l)
Reaksi ini juga
termasuk reaksi redoks, karena terjadi pengikatan oksigen.
Reaksi sebaliknya
dapat terjadi jika gas hidrogen (H2) dialirkan kedalam padatan CuO
panas. Pada reaksi ini CuO akan melepaskan oksigen sehingga membentuk logam Cu,
sedangkan gas hidrogen mengikat oksigen membentuk uap air. Reaksi
pelepasan oksigen oleh suatu zat disebut sebagai reaksi reduksi dan zat
yang menyebabkan terjadinya reaksi reduksi disebut reduktor. Reaksi
yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut:
2. Reaksi
redoks sebagai reaksi perpindahan elektron
Apakah reaksi logam
magnesium dengan larutan hidrogen klorida yang dapat ditulis seperti persamaan
reaksi dibawah ini juga termasuk reaksi redoks?
Mg(s) + 2 HCl(aq)
—> MgCl2(aq) + H2(g)
Jika diperhatikan
reaksi tersebut tidak melibatkan oksigen. Untuk dapat menjawab pertanyaan
tersebut perhatikan kembali reaksi logam natrium dengan oksigen membentuk
natrium oksida
4 Na(s) + O2(g)
—> 2 Na2O(s)
Dalam reaksi
tersebut logam Na mengikat oksigen sehingga dikatakan mengalami oksidasi.
Senyawa Na2O merupakan senyawa ionik, jadi senyawa tersebut terdiri
atas ion Na+ dan ion O2-. Peristiwa pembentukan ion-ion
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Na(s) —> Na+(s)
+ e-
O2(g) +
2e- —> O2-(g)
Dalam reaksi
tersebut logam natrium melepaskan elektron, padahal logam natrium mengalami
peristiwa oksidasi. Jadi dapat dikatakan bahwa oksidasi adalah peristiwa
pelepasan elektron. Sekarang perhatikan reaksi logam magnesium dengan larutan
hidrogen klorida yang reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Mg(s) + 2 HCl(aq)
–> MgCl2(aq) + H2(g)
atau
Mg(s) —-> Mg2+(aq)
+ 2e (pelepasan electron, oksidasi)
2 H+(aq)
+ 2e –> H2(g) (penerimaan electron, reduksi)
Mg(s) + 2 H+(aq)
—> Mg2+(aq) + H2(g)
Dalam reaksi di atas
logam magnesium bertindak sebagai pereduksi (reduktor) dan ion
hidrogen bertindak sebagai pengoksidasi (oksidator) . Reaksi
oksidasi selalu diikuti dengan reaksi reduksi, dan sebaliknya reaksi reduksi
juga tidak mungkin terjadi tanpa reaksi oksidasi. Karena itu gabungan kedua
reaksi tersebut dinamakan reaksi redoks. Sedangkan reaksi oksidasi saja disebut
setengah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi disebut setengah reaksi reduksi.
3. Reaksi
redoks sebagai reaksi perubahan bilangan oksidasi.
Bilangan oksidasi
suatu unsur menyatakan banyaknya elektron yang dapat dilepas atau diterima
maupun digunakan bersama dalam membentuk ikatan dengan unsur lain. Sehingga
bilangan oksidasi dapat positip, nol atau negatif. Dalam suatu senyawa, unsur
yang lebih elektronegatif mempunyai bilangan oksidasi negatif. Untuk menentukan
bilangan oksidasi suatu zat harus mengikuti aturan tertentu.
Sebagai contoh:
Unsur F merupakan
unsur paling elektronegatif, oleh karena itu didalam senyawanya F selalu
mempunyai bilangan oksidasi -1.
Unsur O merupakan
unsur yang keelektronegatifannya sangat besar dan didalam senyawanya, atom O
selalu mempunyai bilangan oksidasi -2, kecuali dalam senyawa OF2
(bilangan oksidasi O = +2), dan dalam senyawa peroksida, H2O2,
Na2O2, K2O, BaO2 (bilangan oksidasi
O = -1)
Unsur hidrogen dalam
senyawa H2O, NH3, HCl mempunyai bilangan oksidasi +1, karena
atom H kurang elektronegatif dibanding unsur yang lain, tetapi dalam senyawa
LiH, NaH, MgH2, BaH2 (senyawa hidrida logam) atom H
mempunyai bilangan oksidasi +1
Cara
menentukan bilangan oksidasi:
a. Bilangan
oksidasi unsur-unsur bebas, yaitu unsur yang tidak terikat dengan unsur lain =
0
b. Jumlah aljabar
bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa atau molekul netral = 0
c. Jumlah aljabar
bilangan oksidasi unsur-unsur penyusun ion adalah sama dengan muatan ion
tersebut.
d. Dalam senyawanya,
bilangan oksidasi unsur-unsur golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) = +1, golongan
IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) = +2 dan golongan IIIA = +3.
e. Dalam senyawa ida
(senyawa tanpa oksigen) bilangan oksidasi halogen = -1, unsur-unsur golongan
VIA = -2 dan nitrogen = -3.
Menentukan bilangan
oksidasi ( Biloks ) unsur yang belum masuk aturan di atas.
Contoh :
Tentukan biloks
Sulfur pada asam sulfat H2SO4.
Jawab :
(2 x biloks H ) +
Biloks S + ( 4 x Biloks O ) = 0
( 2 x 1 ) + Biloks S
+ ( 4 x- 2 ) = 0
2 + bilok S -8 = 0
Biloks S = 8-2
Biloks S = 6
Selanjutnya cara
atas dapat diketahui perubahan bilangan oksidasi yang terjadi dalam suatu
reaksi oksidasi-reduksi.
Dari contoh diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa reduksi adalah penguragan bilangan oksidasi dan
oksidasi adalah bertambahnya bilangan oksidasi.
0 comments:
Post a Comment