7:53 PM -
Ilmu Pengetahuan Umum
No comments
Pengklasifikasian Bakteri
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.
Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa
spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa
bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu
bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.
Clostridium botulinum merupakan
salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan
tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri penyebab
keracunan pada makanan kaleng.
I.
Klasifikasi
bakteri Berdasarkan bentuk tubuh
1.
Bakteri
Kokus (Bulat)
a.
Monokokus
Berupa sel bakteri kokus tunggal.
Contoh : Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata).
b.
Diplokokus
Berupa dua sel bakteri kokus
berdempetan. Contoh : Diplococcus pnemoniae (penyebab penyakit pneumonia) ,
Neisseria gonorhoeae (penyebab penyakit kelamin raja singa).
c.
Tetrakokus
Berupa empat sel bakteri kokus
berdempetan berbentuk segi empat. Contoh : Pediococcus cerevisiae.
d.
Sarkina
Berupa delapan sel bakteri kokus
berdempetan berbentuk kubus. Contoh : Thiosarcina rosea (bakteri
belerang).
e.
Streptokokus
Berupa lebih dari empat sel bakteri
kokus berdempetan membentuk rantai. Contoh : Streptococcus mutans
(penyebab gigi berlubang).
f.
Stafilokokus
Berupa lebih dari empat sel bakteri
kokus berdempetan membentuk seperti buah anggur. Contoh : Staphylococcus
aureus (penyebab penyakit radang paru-paru).
2.
Bakteri
Basil (Batang)
a.
Basilus/monobasil
Berupa sel bakteri basil tunggal.
Contoh : Eschericcia coli (bakteri usus besar manusia), Propionibacterium acnes
(penyebab jerawat).
b.
Diplobasil
Berupa dua sel bakteri basil
berdempetan.
c.
Streptobasil
Berupa sel bakteri basil berdempetan
membentuk rantai. Contoh : Azotobacter (bakteri tanah yang mengikat nitrogen) ,
Bacillus anthracis (penyebab penyakit antraks pada hewan ternak).
3.
Bakteri
Spirilia
a.
Spiral
Bentuk sel bergelombang. Contoh :
Thiospirillopsis floridina (bakteri belerang).
b.
Bakteri Vibrio (koma)
Bentuk sel seperti tanda baca koma.
Contoh : Vibrio cholera (penyebab penyakit kolera).
c.
Bakteri
Spiroseta
Bentuk sel seperti sekrup. Contoh :
Treponema pallidum (penyebab penyakit kelamin sifilis).
II.
Klasifikasi
bakteri berdasarkan kedudukan alat gerak
1.
Monotrik
Monotrik, berflagel satu pada salah
satu ujung tubuh bakteri. Contoh : Pseudomonas araginosa.
2.
Amfitrik
Amfitrik, flagel masing-masing satu
pada kedua ujung tubuh bakteri. Contoh : Spirillium serpen.
3.
Lofotrik
Lofotrik, berflagel banyak pada
salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh : Pseudomonas flourencens.
4.
Peritrik
Peritrik, berflagel banyak pada
semua sisi tubuh bakteri. Contoh : Salmonella thypii.
III.
Klasifikasi
bakteri berdasarkan pewarnaan Gram
1.
Bakteri
gram-positif
Bakteri gram-positif memiliki
dinding sel yang lebih sederhana, banyak mengandung peptidoglikan. Misalnya
bakteri Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc, Pediococcus dan Aerococcus.
2.
Bakteri
gram-negatif
Bakteri gram-negatif memiliki
dinding sel yang lebih kompleks, kandungan peptidoglikan lebih sedikit.
Misalnya bakteri Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter,
Vibrio, Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium, Flavobacterium.
Perbedeaan Warna Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif |
Perbedaan Dinding Sel Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif |
Berkut ini adalah karakteristik dari
bakteri Gram positif dan Gram negatif :
Karakteristik
|
Gram positif
|
Gram negatif
|
Dinding
sel
|
Homogen
dan tebal (20-80 nm) serta sebagian besar tersusun dari peptidoglikan.
Polisakarida lain dan asam teikoat dapat ikut menyusun dinding sel.
|
Peptidoglikan
(2-7 nm) di antara membran dam dan luar, serta adanya membran luar (7-8 nm
tebalnya) yang terdii dari lipid, protein, dan lipopolisakarida
|
Bentuk
sel
|
Bulat,
batang atau filamen
|
Bulat,
oval, batang lurus atau melingkar seperti tanda koma, heliks atau filamen;
beberapa mempunyai selubung atau kapsul
|
Reproduksi
|
Pembelahan
biner
|
Pembelahan
biner, kadang-kadang pertunasan
|
Metabolisme
|
kemoorganoheterotrof
|
Fototrof,
kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof
|
Motilitas
|
Kebanyakan
nonmotil, bila motil tipe flagelanya adalah petritrikus (petritrichous)
|
Motil
atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-polar,lopotrikus
(lophtrichous), petritrikus (petritrichous).
|
Anggota
tubuh (apendase)
|
Biasanya
tidak memiliki apendase
|
Dapat
memiliki pili, fimbriae, tangkai
|
Endospora
|
Beberapa
grup dapat membentuk endspora
|
Tidak
dapat membentuk endospora
|
IV.
Klasifikasi
bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
1.
Bakteri
aerob
Bakteri aerob membutuhkan oksigen
bebas untuk mendapatkan energi. Misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter,
Nitrosococcus.
2.
Bakteri
anaerob
Bakteri anaerob tidak membutuhkan
oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Misalnya Micrococcus denitrificans.
V.
Klasifikasi
bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik)
1.
Autotrof
Organisme autotrof adalah organisme yang menggunakan
karbondioksida sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya.
Bakteri ini dapat
menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik. Berdasarkan sumber
energinya bakteri autotrof dibedakan menjadi :
·
Fotoautotrof (sumber energi dari
cahaya). Contohnya
semua tanaman dan alga serta beberapa jenis bakteri.
·
Kemoautotrof (sumber energi dari
hasil reaksi kimia).
2.
Heterotrof
Organisme heterotrof merupakan
organisme yang memperoleh karbon dari senyawa organik di lingkungannya untuk
pertumbuhan.
Bakteri ini tidak
dapat menyusun makanan sendiri. Bakteri ini memanfaatkan bahan organik jadi
yang berasal dari organisme lain. Bakteri yang termasuk kedalam bakteri
heterotrop adalah bakteri yang bersifat parasit dan saprofit, yaitu bakteri
yang mendapat makanan dengan menguraikan sisa-sisa organisme.
Selain
itu ada juga kemoorganotrof, organisme ini memperoleh energi dari oksidasi
senyawa organik. Contohnya dari jenis ini yaitu semua organisme tingkat tinggi
kecuali tanaman dan bakteri heterotrof. Sedangkan untuk bakteri jenis
kemolitotrof, mereka memperoleh energi dari oksidasi senyawa anorganik. Untuk
kemolitotrof yang memperoleh karbon dari CO2 adalah kemoautotrof.
Fotoautotrof seperti tanaman, alga, dan beberapa bakteri memperoleh energi dari
cahaya matahari dan karbon dari CO2.
Sedangkan
fotoheterotrof memperoleh energi dari cahaya matahari dan memperoleh nutrisi
karbon dari senyawa organik. Namun, jenis bakteri ini tidak dianggap penting
untuk pengolahan air limbah. Ada juga jenis lain dari bakteri yaitu
kemoheterotrof. Bakteri kemoheterotrof ini memperoleh karbon dan energi dari
senyawa organik. Jenis bakteri ini berperan penting dalam proses pengolahan air
limbah.
Metabolisme
adalah semua reaksi biokimia yang terjadi dalam sel. Reaksi ini kebanyakan
dikatalis oleh enzim agar energi yang digunakan untuk mengaktifkan reaksi
menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Dengan adanya katalis berupa enzim ini,
sel dapat menggunakannya lebih efisien. Metabolisme dapat terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu respirasi aerobik, respirasi anaerobik, dan fermentasi.
Reaksi
metabolik adalah mekanisme oleh sel untuk memperoleh energi dan mengubah
nutrisi menjadi biomassanya. Ada tiga kemiripan antara metabolisme autotrof dan
heterotrof :
1.
Sama-sama harus mengubah sumber
karbonnya menjadi materi sel.
2. Sama-sama
harus memiliki sumber reducing power,
3. Harus
menggunakan sumber energi agar diubah menjadi adenosin trifosfat (ATP), yang
nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi biosintetik dalam
sel.
Kebanyakan
peran bakteri heterotrof dalam pengolahan air limbah adalah pembersihan senyawa
organik yang terlarut maupun tidak terlarut. Bakteri aerobik dan fakultatif
aerobik berperan predominan dalam proses
pengolahan aerobik, sedangkan bakteri anaerobik dan fakultatif anaerobik
berperan dalam proses pengolahan anaerobik.
Makromolekul
seperti protein, polisakarida, lipid, asam nukleat, dan dinding sel bakteri tidak
dipindahkan ke sel heterotrof sebelum dicerna, tetapi harus dipecah menjadi
subunit-subunit dengan menggunakan enzim. Kondisi fisik yang mempengaruhi
bakteri ini saat pertumbuhan dalam senyawa organik yaitu kepadatan biomassa,
konsentrasi nutrisi, aerasi, pH, dan suhu.
Bakteri
heterotrof dapat tumbuh optimal pada pH 7. pH minimal bakteri ini yaitu pada pH
5,5, dan maksimum pada pH 8,5 s.d 9,5. Namun, pada jenis spesies tertentu dapat
memiliki rentang pH yang berbeda. Selain itu, suhu optimal, minimal, dan
maksimal yang dimiliki oleh setiap bakteri berbeda-beda tergantung jenisnya.
Misalnya psychrophiles dapat tumbuh
antara suhu 0o C s.d 20o C,optimal pada suhu 10o C
s.d 15o C.
Sedangkan
bakteri Mesophiles dapat tumbuh pada
suhu 10o C s.d 45o C dan optimal pada suhu 30o C
s.d 35o C. Bakteri jenis ini banyak ditemukan di proses pengolahan
air limbah. Thermophiles dapat tumbuh pada suhu 40o C s.d 75o C,
optimal pada suhu 55 o C s.d 65o C. Sedangkan bakteri
jenis Extreme thermophiles dapat
tumbuh pada suhu > 100o C.
Kemoheterotrof
berperan untuk degradasi limbah dalam anaerobic
digester yang digunakan untuk stabilisasi lumpur primer dan sekunder dari
pengolahan limbah industri dan kota dan untuk pengolahan limbah industri berat.
Yang berperan di sini adalah bakteri anaerob dan fakultatif anaerob. Kepadatan
heterotrof dalam anaerobic disgeters
mungkin sekitar 109 s.d 1010 sel/ml.
Bakteri
autotrof berperan dalam proses pengolahan air limbah. Mereka mendapatkan karbon
dari CO2 dan mendapatkan energi dari oksidasi senyawa anorganik yang
ada dalam air atau yang dihasilkan dari dekomposisi nutrisi oleh heterotrof.
Contoh substrat untuk bakteri autotrof yaitu ammonia, nitrit, H2S,
unsur sulfur, dan gas H2.
Selain
itu, di bawah kondisi aerobik, ammonia dihilangkan secara biologis dengan dua
proses, ammonia dioksidasi ke nitrit dan nitrit dioksidasi ke nitrat. Kedua
proses ini disebut nitrifikasi. Ada berbagai faktor dalam mengontrol
nitrifikasi, yaitu suhu antara 25 o C sampai 30o C, pH
berkisar antara 7,5 s.d 8,5, kelarutan oksigen dalam air sebesar 0,5 s.d 1,0
mg/L atau ppm, sensitivitas terhadap logam berat dan zat beracun lainnya,
faktor operasional seperti MCRT atau waktu tinggal rata-rata sel, dan
nitrifikasi serta denitrifikasi dalam flok yang sama.
Bakteri
sulfur tidak berwarna merupakan bakteri aerob yang untuk mendapatkan energi
harus mengoksidasi senyawa sulfur. Kebanyakan genera bakteri ini penting dalam
pengolahan limbah cair seperti Thiobacillus,
Thiotrix, dan Beggiatoa.
Bakteri
Iron atau besi biasanya ditemukan dalam air yang berisi besi. Pertumbuhannya
dikarakterisasi oleh lapisan besi atau senyawa mangan yang bertumpuk pada
permukaan sel. Besi disimpan dalam material kapsul, dibungkus atau disimpan
dalam bentuk tangkai yang mengelilingi sel.
Dalam
lingkungan alam dan proses pengolahan air limbah, organisme autotrof dan
heterotrof bekerjasama dalam membersihkan limbah. Beberapa organisme dapat
mendegradasi makromolekul seperti selulosa atau protein dan yang lainnya mendegradasi
produk yang dihasilkan dari aktivitas metabolitnya seperti glukosa dan asam
amino.
Ada
juga beberapa organisme yang mendegradasi zat tunggal atau yang biasa disebut
ko-metabolisme. Berbagai interaksi mikroba dapat dimengerti dalam konteks biosiklus
zat. Contohnya pada siklus karbon, siklus nitrogen, fiksasi nitrogen, siklus
sulfur, dan korosi.
Fotosintesis
dilakukan oleh alga dan empat grup bakteri yaitu bakteri ungu sulfur, bakteri
ungu nonsulfur, bakteri hijau, dan cyanobacteria. Tanaman, alga, dan
cyanobacteria melakukan fotosintesis oksigenik di mana air digunakan sebagai
donor elektron dan oksigen diproduksi. Aktivitas fotosintesis organisme ini
penting dalam pengolahan air limbah termasuk kolam aerobik dan fakultatif.
Cyanobacteria
atau alga hijau-biru banyak tersebar di dalam tanah dan lingkungan air. Mereka
berfotosintesis dan menghasilkan O2. Alga banyak menghasilkan O2
dalam air selama berfotosintesis.
Kolam
dan cekungan yang stabili dapat
digunakan untuk pengolahan air limbah. Ini merupakan metode umum yang dilakukan
di negara berkembang. Jenis kolamnya yaitu kolam alga aerobik, kolam
fakultatif, dan kolam anaerobik.
Alga
dan cyanobacteria menyediakan oksigen untuk pembersihan BOD dalam kolam
aerobik. Kedalaman kolamnya biasanya 0,5 meter agar sinar matahari bisa terus
berpenetrasi hingga ke dasar kolam. Kolam aerobik sebaiknya diaduk secara
periodik untuk mencegah stratifikasi panas. Tanpa perlakuan primer ini, padatan
akan mengendap di bawah dan menciptakan zona anaerobik.
Kolam
fakultatif memiliki kedalaman antara 1 hingga 2,5 meter. Saat stratifikasi
panas terjadi, lapisan atas bersifat aerobik dan lapisan bawah bersifat
anaerobik. Limbah padat di bawah kolom akan dicerna secara anaerobik dan
membebaskan metana dan produk anaerobik lainnya ke lapisan aerobik.
Kolam
anaerobik memiliki kedalaman yang bervariasi antara 1 hingga 8 meter. Kolam ini
dapat bersifat anaerobik jika pengaruh BOD melebihi produksi O2 dari
fotosintesis.
Kolam ini digunakan untuk pretreatment dan partikuler untuk suhu tinggi atau air limbah
berkekuatan tinggi. Penggunaan hasil pretratment
anaerobik adalah untuk
mengurangi akumulasi lumpur dalam cekungan berikutnya. Ada acara alternatif
yaitu untuk resirkulasi effluen kembali ke kolam anaerobik. Memompa air limbah
yang sudah didaur ulang ke permukaan dapat membantu dalam membangun zona
aerobik.
***
0 comments:
Post a Comment